Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Labels

Artikel (14) Figure (2) History (3) Inspiration (3) Lyrics (2) My Story (4) Photos (1) Software (3) Sport (1) Tutorial (4)

Saturday, January 4, 2014

Ironi diri sendiri

Saya menyempatkan diri untuk menulis beberapa kalimat ini. Sebagai permintaan maaf saya kepada teman dekat saya.


trus sing kok kekne ngge MAN 3 opo pul? dirimu menggaung-gaungkan perubahan ngge Indonesia tapi di ngge sekolah’e dewe emoh. what an ironic
ya itu adalah sepenggal kalimat percakapan kami dua orang teman satu kelas yang cukup dekat. Ketika aku membacanya lagi aku seperti tersadar dan tersentak. Pertama, betapa teganya saya berkata seperti itu kepada teman dekat saya. Ya, dia seorang cewek. Cukup sakit rasanya andai saya jadi dia melihat saya yang berkata seperti itu. Sakit karena nggak bisa melihat perjuangannya selama ini. Dan alasan kedua kalimat itu seperti cermin. Cermin bagi diri saya. Tentang apa yang sudah saya lakukan sampai sekarang ini. Saya belum melakukan apa-apa yang seharusnya saya perjuangkan untuk negeri ini. Saya hanya mengedepankan ego pribadi. Saya sadar apa yang saya lakukan bukanlah hal yang menantang diri saya. Ketika saya di MAN pun saya tidak ikut organisasi. Saya hanya bekerja di zona nyaman saya. Begitu juga saat saya sedang kuliah saat ini. Saya hanya mengikuti satu Unit Kegiatan Mahasiswa. Berbeda dengan yang teman saya lakukan. Dia begitu gigih berjuang atas apa yang harus diperjuangkan. Memberi untuk orang lain. Dia ikut berbagai macam organisasi di fakultasnya. BEM, Hima, Organisasi profesi tingkat nasional adalah buktinya. Seperti quote favoritnya "Hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan menerima sebanyak-banyaknya" yang diambil dari Novel Laskar Pelangi. Dengan fakta seperti itu tak sepantasnya saya berkata seperti diatas. Saya sangat menyesal berkata seperti itu. Mudah sekali melontarkan kata-kata tanpa dibarengi aksi nyata. Saya sangat kagum dengan apa yang sudah kau lakukan. Dan saya juga sangat berterimakasih atas nasehat-nasehat yang datang dari kalimat-kalimat yang kau ketik maupun ucapkan. Maafkan saya yang dengan mudahnya berkata tanpa bukti. Maafkan ketidakpekaan temanmu ini. Maaf jika mungkin tulisan ini tak seapik rangkaian kata-katamu. Maaf jika kata maafku mungkin belum cukup untuk menambal rasa sakit atas kata-kataku.
Gomen ne… 

2 comments:

Indry said...

ciee ipan curhat ciee -_-
sebagai sesama muslim harus saling mengingatkan.. wes maapan ta durung? hohoho.
eh, sorry aku melu2 ..hehe

edukasi said...

nice info

Post a Comment